link href='http://imageshack.us/photo/my-images/98/sdsao.jpg/' rel='SHORTCUT ICON'/> ♥♥: November 2010

Rabu, 24 November 2010

: MISS ZODIAK:

Neta emang sangat tergila- gila ama zodiak, semua yang dia alami di kehidupannya selalu dikait- kaitkannya dengan zodiak, di kamar Neta selalu berserakan majalah ataupun tabloid- tabloid yang isinya hanya zodiak. “Aduhh Neta…………kamu tuh anak gadis, mana ada kamar anak gadis kayak kapal pecah begini?”Mama mulai marah- marah sama anak gadisnya itu, “Iya Ma, ntar Neta beresin dech tenang aja.”Ujar Neta, “Beresin, Beresin, sejak kapan kamu mau beresin kamar kamu yang kayak kapal pecah begini, paling- paling nanti kamu minta tolong bik Nah, iya kan?”Tanya Mama, Neta hanya tersenyum, saat mama keluar kamar, Neta udah teriak, “Bik Nah….tolong beresin kamar… aku mau pergi….”teriak Neta.Sampai di sekolah, Neta melanjutkan hobinya, yaitu membaca majalah, tanpa Neta sadari sahabatnya Joya sudah ada di sampingnya, “Neta………….”teriak Joya, “Joya, apaan sich ngagetin orang aja.”Ujar Neta, “Kamu ngapain sich?baca apa?”Tanya Joya sambil mengambil majalah dari tangan Neta, “Ya ampun Neta………masih pagi udah baca majalah, mana baca zodiak, lagi, dasar Miss Zodiak.”Ujar Joya, “Biarin.”Ujar Neta sambil merebut kembali majalahnya, “Neta hari ini kita ulangan kan?”Tanya Joya, “Apaaaaaa?”teriak Neta, dan benar saja Pak Sofyan guru matematika Joya masuk, “Anak- anak, kita ulangan, kumpulkan semua bukunya ke meja saya.“ujar Pak Sofyan.“Kamu dapat nilai berapa Net?”Tanya Joya, Neta yang cemberut memberikan kertas ulangannya pada Joya, “Kamu dapat nilai 2 Neta?”ujar Joya, Neta hanya mengangguk, tiba- tiba Neta melihat kios majalah, dan “Bang beli majalahnya satu.”Ujar Neta pada penjual majalah itu.”Neta, Neta…. Udah dapat nilai jelek masih juga baca majalah.”Ujar Joya, “Aku mau lihat zodiak ku hari ini, kesialan apa lagi yang aku dapatkan hari ini.”Ujar Neta, “Neta………..”teriak Joya yang geram melihat ulah sahabatnya itu.Begitulah Neta, segala hal yang dialami gadis itu selalu di hubung- hubungkan dengan zodiak, hari ini Neta baca majalah lagi, apa lagi yang Neta baca kalo bukan rubric zodiak, “Aaaaaaaaa………..”teriak Neta, Mama yang terkejut langsung menemui Neta di teras rumahnya, “Ada apa sich Net?”Tanya Mama, “Ma, aku bakal ketemu soulmate ku ma, “Ujar Neta, “Soulmate?kamu tahu dari mana?”Tanya Mama, “Ini,”Neta menunjukkan majalah nya. “Neta…. Ini kan hanya ramalan saja.”Ujar Mama, “Ini bukan ramalan ma, ini zodiak mama ga’ bisa baca ya?”Ujar Neta, mama hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak gadis nya itu.“Selamat pagi anak- anak…..kenalkan teman baru kalian namanya Rio”ujar pak Sofyan, Neta yang lagi baca majalah khusus membahas zodiak langsung melotot melihat cowok yang ada di depannya, Rio tersenyum ke arah Neta, Neta langsung mengarahkan pandangannya ke tempat lain. Saat jam istirahat, “Neta, ke kantin yuk.”Ajak Joya, “Gak ah, kamu aja, aku mau baca majalah dulu. “Ujar Neta, “Baca majalah, baca zodiac kali. “Sindir Joya, Neta hanya tersenyum.”Jangan- jangan Rio itu adalah soulmate ku, sesuai yang aku baca di majalah zodiak batin Neta sambil membuka dan membaca ulang zodiak kemarin.”Ahhhh…. benar, di sini dikatakan aku bakal ketemu soulmate ku dalam minggu ini, jangan- jangan soulmate ku itu Rio si murid baru.”Batin Neta.“Rio, pulang bareng yuk. “Ujar Neta saat melihat Rio di parkiran,Rio yang kebingungan melihat tingkah Neta bertanya pada Neta, “Loch, bukannya kamu bawa mobil ya?”Tanya Rio, “Iya, tapi aku mau pulang bareng kamu,lagi pula mobil ku mogok”Ujar Neta berbohong, “terus mobil kamu gimana?”Tanya Rio, “Gampang, ntar aku suruh pak Min supirku, yang bawa mobil ku, gimana?”Tanya Neta, “Terserah kamu saja lah. “Ujar Rio.”Asyikkkkk…akhirnya aku bisa pulang bareng Rio.” Batin Neta.Sesampainya di rumah, “Loh, Neta mobil kamu mana?kamu pulang sama siapa?kamu naik ojek ya?mobil kamu mogok?”Tanya Mama, “Aduh mama, kalo Tanya itu satu- satu dong ma….”ujar Neta, “Ya udah jelasin ke mama.”Ujar Mama.”Gini loch ma, Neta tuch naksir sama Rio, nah Neta lagi PDKT ama Rio, jadi Neta pulang bareng Rio,”Ujar Neta, “Terus mobil kamu?”Tanya Mama, “Ih… Mama, kan ada pak Min.”Ujar Neta, “Pak Min……ambil mobil Neta di sekolah….”teriak Neta, mama hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak gadisnya itu.Neta dan Rio semakin dekat, gak ketinggalan sama majalah Neta yang selalu membahas zodiak, apa lagi belakangan ini isi dari Zodiak Neta membuat Neta bahagia, seperti kali ini kata Zodiak Neta, “Kamu bakal di tembak.”, “Joya…..aku bakal di tembak cowok.”Ujar Neta ke Joya. “Apa?kamu tahu dari mana?”Tanya Joya, “Ini. “Ujar Neta sambil memberikan majalah zodiak ke Joya, “Neta….Neta…kamu stop dech baca ginian, ini kan hanya ramalan belom tentu kejadian kan.”Ujar Joya, “Kamu gimana sich, udah jelas kan cowok yang lagi deket sama aku beberapa hari ini adalah Rio, siapa lagi cowok yang bakal nembak aku kalau buka Rio, iya kan?”Tanya Neta.”Terserah apa kata kamu dech…”ujar Joya.Neta benar- benar gelisah, udah hampir satu minggu, tapi Rio belum bilang apa- apa ke Neta, “Kamu kenapa?”Tanya Joya. “Koq belakangan ini Rio malah menjauh dari aku ya Joya?”Tanya Neta, “Kamu kan tahu, Rio sekarang aktif di OSIS, jadi wajar aja kan kalo dia jauh dari kamu?”Ujar Joya mencoba menghibur hati Neta. “Iya sich, tapi aku benar- benar suka sama Rio, dan kamu ingat kan kata zodiak yang kemarin aku baca, ditulis kalo “akan ada cowok yang bakal nembak kamu”, kamu ingat kan Joya?”Tanya Neta, “Iya, tapi itu kan hanya ramalan, dan setiap ramalan itu belum tentu benar, iya kan?”Ujar Joya, Neta langsung pergi meniggalkan Joya, “Neta…..”panggil Joya, tapi Neta terus berlari meninggalkan Joya.“Neta, aku mau bicara sama kamu. “panggil Beno cowok yang paling culun di sekolah, Beno itu cowok pendek, hitam, rambutnya keriting, pokoknya gak banget dech kalo untuk Neta, “Apaan?”Ujar Neta sinis, “Kamu kenapa sich, aku kan mau bicara sama kamu.”ujar Beno. “Ya udah ngomong aja, mau ngomong apa sich?cepetan aku gak punya waktu. “ujar Neta. “Aku…..Aku….”Ujar Beno tertahan, “Apaan sich, aku, aku,,, kamu kenapa?”Tanya Neta, “Aku Suka Sama Kamu, Neta, Aku Cinta….. banget ama kamu, kamu mau jadi cewek ku kan ?”Tanya Beno, “Kamu nembak aku?”Tanya Neta, Beno hanya mengangguk, “Enggak, aku gak mau jadi pacar kamu. “Teriak Neta sambil menangis.Neta sudah ada di kamarnya, Neta menangis, “Neta… kamu kenapa nak?”Tanya Mama, “Neta gak apa- apa ma, jangan ganggu Neta dulu. “Ujar Neta sambil menangis.”Kenapa?Kenapa Beno si cowok culun itu yang nembak aku?kenapa bukan Rio yang nembak aku?kenapa????”teriak Neta sambil menangis di kamarnya.”Neta, ada telepon nak .”teriak Mama, “Neta gak mau teriam telepon dari siapa pun ma.”teriak Neta dari kamarnya, “Tapi ini dari Rio. “Ujar Mama, Neta langsung lompat dari tempat tidurnya, “Halo Rio…”Ujar Neta.Neta sudah sampai di Mall tempat Neta dan Rio janjian,”Jangan- jangan kali ini Rio yang bakal nembak aku.”Batin Neta.”Neta…..”sapa Rio, “Tumben kamu ngajak aku jalan- jalan ke mall?”Tanya Neta, “Gak boleh ya?kamu lagi sibuk?maaf ya…”ujar Rio, “Eeeh… bukan, bukan gitu, aku surprise aja kamu tiba- tiba ngajak aku jalan- jalan ke mall, mana berdua lagi. “Ujar Neta, “Tadinya sich mau bertiga, tapi…”Ujar Rio, “Tapi apa?” Tanya Neta, “Ah,,, udah lupain aja.”ujar Rio.”Pacar kamu gak marah nich kita jalan?”pancing Neta, “Aku belom punya pacar koq.”Ujar Rio, “Masa cowok seganteng kamu belom punya pacar sich, gak mungkin…”Ujar Neta, “Bener, suerrr…”Ujar Rio.”Kira- kira cewek itu suka apa ya Net?”Tanya Rio, “Eehmmm, cewek itu suka bunga, boneka, makan malam romantis, dll.”ujar Neta. “Gitu ya?”ujar Rio, Neta mengangguk, mereka pun jalan ke toko boneka, “Jangan- jangan Rio mau belikan aku boneka lagi.”Batin Neta, “Net, kalo boneka yang ini bagus gak?”Tanya Rio, “Bagus koq.”Ujar Neta, “Kamu suka warna apa?’’ Tanya Rio. “Aku suka warna Pink.”Ujar Neta, “ohh..kalo Joya?”Tanya Rio, “Joya itu suka boneka teddy bear coklat, novel romantis, dan es krim coklat.”Ujar Neta,”Banyak bener belanjaan kamu Rio?”Tanya Neta, Rio hanya tersenyum.Hari ini, Neta dan Rio pulang bareng, “Rio kamu tahu gak ,lusa kan Joya ultah yang ke 17?”ujar Neta, “Oh ya? Kamu udah beli kado?”Tanya Rio, “Belum, rencana sich besok.”ujar Neta, “Kalo gitu besok aku temenin kamu beli kado untuk Joya ya.”Ujar Rio, “Yang bener?”Tanya Neta, “Iya.”Ujar Rio.Neta sedang asyik baca majalah Zodiak kesayangannya, “koq udah beberapa minggu ini isi zodiaknya tetap sama ya?aku bakal di tembak cowok, tapi kemarin yang nembak aku malah si Beno.mungkin aja kan minggu ini yang nembak aku Rio.”batin Neta senang.Tiba- tiba HP Neta berbunyi, “Halo Rio, ada apa?”Tanya Neta, “Neta ulang tahun Joya besok malam kan?”Tanya Rio, “Iya, emang kenapa?”Tanya Neta, “Besok malam aku jemput kamu jam 7 malam ya, kita pergi bareng.”Ujar Rio, “Iya, aku tunggu kamu di rumah ku ya.”Ujar Neta.Malam ini Neta gak bisa tidur, dia membayangkan besok malam dia dan Rio akan jadi pasangan paling serasi pesta ulang tahun Joya, dan Rio akan nembak Neta di pesta ultah nya Joya, “Aahhhh….Rio….”Ujar Neta, sambil memejamkan matanya.Malam ini, Neta memakai gaun yang paling indah,”Ma, Neta pergi ke pesta ulang tahun Joya ya?”ujar Neta, “Iya, kamu pergi sama siapa?”Tanya Mama, “Sama Rio ma,”Ujar Neta, “Rio cowok yang kamu taksir itu?”ujar Mama, “Iya, ma, kemarin Neta baca majalah Zodiak ma, katanya Neta bakal di tembak cowok, mungkin malam ini Neta bakal di tembak Rio, Mama do’ain Neta ya?”ujar Neta bersemangat. “Iya, untuk anak mama yang tersayang pasti mama do’ain, yang penting kalo kamu udah jadian sama Rio, kamu harus tetap rajin belajar ya?”ujar Mama, “Beres Ma, Rio itu kan anak OSIS, pintar lagi, di jamin kalo Neta pacaran sama Rio, Neta bakal pinter dan dapat ranking terus,”Ujar Neta.Mama hanya tersenyum melihat tingkah anak gadisnya itu, tiba- tiba terdengar suar klakson, “Mungkin itu Rio ma, Neta jalan dulu ya.”Ujar Neta,”Hati- hati ya, pulangnya jangan malam- malam.”ujar Mama, “Beres ma…”Ujar Neta sambil berlari.Neta dan Rio sudah hadir di pesta ulang tahunnya Joya, “Selamat ulang tahun ya Joya…”Ujar Neta sambil memberikan kadonya, “Makasih Neta…”Ujar Joya.”Selamat ulang tahun ya Joya,”Ujar Rio, “Makasih Rio.wah…kalian udah pacaran ya?”Tanya Joya ke Neta dan Rio, Neta hanya tersenyum simpul, “Jadian?enggak koq, Neta itu emang sahabat tebaik kamu ya Joya?buktinya dia tahu semua kesenangan kamu.”Ujar Rio, “Iya, Neta itu sahabat terbaikku.”ujar Joya, Neta hanya tersenyum simpul mendengar pujian sahabat dan gebetannya itu.Saat acara makan malam, Rio menarik tangan Neta, “Neta aku mau bicara sama kamu. “ujar Rio, “Bicara soal apa?”Tanya Neta, “Joya itu emang gak punya pacar kan?”Tanya Rio, “Iya, emang kenapa?”Tanya Neta, “Gak apa- apa.kamu kan sahabatnya Joya, aku mau minta tolong sama kamu, boleh gak?”Tanya Rio, “Minta tolong apa?”Tanya Neta, “Tolong ajak Joya ke taman depan ya, aku mau bicara sama dia. “Ujar Rio, “Mau bicara apa sich ?penting ya?”Tanya Neta, Rio hanya mengangguk.Neta membawa Joya ke taman untuk bertemu sama Rio. “Ada apa Rio?”Tanya Joya, “Joya, aku udah tahu semuanya tentang kamu, kamu suka boneka teddy bear coklat, es krim coklat, dan novel romantis kan?”Tanya Rio. “Kamu tahu dari mana?”Tanya Joya, “Aku tahu dari sahabat mu Neta, ini untuk kamu.”Ujar Rio sambil memberikan Joya es krim coklat, boneka teddy bear, dan novel romantis.”Makasih Rio.”ujar Joya, “Joya, aku suka sama kamu,makanya aku banyak cari informasi tentang kamu dari Neta, Joya kamu mau gak jadi pacar aku ?”Tanya Rio, “Kamu nembak aku?”Tanya Joya, Rio hanya mengangguk, di saat bersamaan muncul Neta, “Neta,”Ujar Joya. “Gak apa- apa koq Joya, aku ngerti perasaan Rio ke kamu, aku bahagia koq, kalo kamu dan Rio bahagai, semua ini emang salah ku, aku terlalu GR dengan kebaikan Rio.”Ujar Neta, “Ada apa sich ini?”Tanya Rio, “Neta suka sama kamu Rio.”ujar Joya, “Apa?kamu suka sama aku?”Tanya Rio, Neta hanya mengangguk, “Maaf Neta, aku Cuma suka sama Joya, maaf ya, aku gak bermaksud mempermainkan kamu, karena kamu sahabat Joya, makanya aku cari info tentang Joya dari kamu, aku gak tahu kalo kamu salah menafsirkan kebaikan aku, maaf ya?”ujar Rio, “Gak apa- apa koq, selamat ya Joya…”Ujar Neta. “Ini semua karena aku terlalu percaya sama ramalan zodiak, mulai sekarang aku hanya percaya yang ada di depan mata ku saja. “Ujar Neta. “Makasih ya Neta, berarti kamu gak bakal percaya sama ramalan lagi kan?”Tanya Joya, Neta mengangguk sambil tersenyum.Di Sekolah, “Neta, kamu baca apa?”Tanya Joya, “Biasa baca majalah.”Ujar Neta. “Kamu gak baca Zodiak lagi kan?”Tanya Joya, Neta hanya tesenyum, “Aku bakal ketemu pangeran ku bulan depan.”Ujar Neta, “Kamu tahu dari mana?”Tanya Joya, “Ini.”Ujar Neta sambil menunjukkan majalah zodiaknya, “Dasar Miss Zodiak.”Ujar Joya.

Metafora Batang Akasia

Akhirnya hikayat ini berkesudahan. Di saat Aku malu memijakkan diri di tanah negeri berdosa ini. Tak tahan aku menahan isak tangis getah rantingku yang mulai menunduk. Tiba-tiba angin dan petir membantuku untuk menyudahi derita ini. Dengan cara mereka, aku telah terbaring kaku di pundak surau yang kini berderai di tengah malam mencengkam, musnah.

***

Ujung waktu lalu telah mengikis semua nostalgia. Itulah yang kupadukan dalam tradisi orang-orang dahulu dengan derasnya kekinian. Berharap dikurniakan srikandi, namun nasib tak menyebelahi. Akhirnya aku mengusik kembali percikan air mataku yang membeku, pilu.

Kata orang, aku sungguh makhluk tak berdaya. Umpama benalu tua yang tak berharga hingga membawa derita si empunya. Berkali-kali kuceritakan epilog masa senjaku kepada semua makhluk yang sempat bertemu ramah di tahun-tahun yang lalu. Mereka bisa menelan semua yang telah kututurkan panjang lebar di hadapan tamu-tamu agung itu. Kata mereka, nostalgia silamku sangatlah berkesan dalam ingatannya. Mereka bawa cerita itu untuk mereka dendangkan kepada anak cucu mereka.

Masa itu aku masih belia, tegak berdiri menghadap angkasa, darah muda masih mengalir harmoni di setiap celah pikiranku, itulah aku. Mungkin ada suatu saat, manusia tua enggan menyapa ketika mereka melintas di sisiku.Namun, manusia muda, anak-anak, mereka sangat akrab denganku. Mereka tertawa disampingku tanpa menghiraukan keluh kesah batang tubuhku. Mereka selalu membelai-belaiku ketika mereka asyik terbawa arus bermain bersama teman. Aku turut me-rasakan tempias dari keceriaan mereka. Walau tak jauh dariku ada sebuah kuburan tua yang telah ditata rapi oleh penduduk setempat, keramat. Namun surau kecil di hadapankulah yang terus meneduhkan di saat hatiku galau merenung nasib di pangkuan alam.

Tiap senja surau itu mulai ramai dengan jejak langkah anak-anak yang hendak mengaji bersama seorang ustad yang umurnya sudah lumayan tua. Aku sangat hafal wajah anak-anak yang selalu mengaji di surau tua itu. Tak tertinggal juga orang-orang tua yang tertatih-tatih mengejar pintu surau. Jerih payah mereka bermain syahdu bersama semilir angin surga yang menghembus helaian daun-daunku. Suasana masa itu sangat menimbulkan nuansa estetika yang luar biasa. Apa lagi dengan tekad kalangan muda yang tiap malamnya mereka mengaji dan mengkaji ilmu-ilmu agama, seakan mengalirkan kejernihan lautan ilmu yang telah lama ternoda.

Berbeda dengan siang, surau itu sepi tak bernyawa. Tak ada lagi jejak langkah yang tertatih-tatih seperti di malam hari. Tak terdengar juga suara parau anak-anak kecil yang sibuk dengan bacaan Qur’annya. Biasanya gemerisik air wudhu yang mengalir dari wajah-wajah cerah para pemuda kian terdengar. Namun, saat matahari muncul di permukaan tak lagi terdengar alunan suara itu. Jadi setiap siang aku hanya mendengar carut-marut kecil yang sayup di bawa hembusan angin. Entah dari mana asalnya aku pun tak sempat mencari tahu.

Malam. Sesuatu yang sangat kunanti-nantikan kehadirannya. Aroma nafas alam dari seluruh pori-pori batangku mengubah suasana sekitar surau sedikit berubah. Serentak dengan hembusan nafas wanita-wanita tua yang sibuk berzikir dengan genggaman biji-biji tasbih yang sudah mulai usang. Anak-anak belajar mengaji masih menggunakan Al-Qur’an yang sudah menguning kertasnya. Tapi semangat mereka tidak pudar. Waktu malam mereka diluangkan untuk menuntut ilmu di surau tak bernama ini.

Mengingat malam adalah mengingat desah nafas manusia yang sibuk dengan bacaan Al-Qur’annya. Jiwaku terduduk memaku menatap gerak-gerik manusia yang melaksanakan sholat setiap malam tiba. Aku pun senantiasa bertasbih memuji kebesaran Allah. Aku sempat mendo’akan mereka semua agar do’a-do’a yang telah mereka munajatkan bisa dikabulkan oleh Allah. Jiwaku telah ternodai aroma surga.

***

Aku heran. Setelah beberapa tahun beranjak dari setiap waktu, surau kami mulai tak berpenghuni. Hanya tinggal beberapa tungkah manusia saja yang terkadang sempat memijakkan kaki di surau ini. tubuhku sudah mulai usang dan condong ke arah mushala tua itu. Aku dapat melihat suasana sepi dari celah-celah jendela yang sudah lama tidak dibuka.

Setelah sepuluh tahun berganti, semuanya berubah. Tak ada lagi jejak langkah orang tua, jeritan anak-anak membaca Al-Qur’an, gemerisik air wudhu yang berirama dari arah surau. Tak terduga sudah banyak orang-orang tak dikenal telah mendirikan bangunan-bangunan besar di sekitar rumah ibadah ini. Suara adzan telah berganti dengan bisingnya suara-suara mesin yang iramanya tak tentu nadanya. Akar-akarku sudah mulai rapuh dimakan usia. Mungkin dalam hitungan detik saja ragaku ini akansegera musnah dijilat bau-bau limbah pabrik setempat..
Tak seperti malam yang dulu, anak-anak kini sibuk dengan barang-barang elektronik yang ada di rumahnya. Mereka tak menempuh lagi surau tua kami ini. Al-Qur’an pun tak ada lagi disentuh oleh mereka. Semua terbuai dengan lezatnya dunia modern. Mereka telah dihadapkan televisi, game, internet, bahkan semua yang bernuansa agama telah mereka ghaibkan dari kehidupannya. Tak ada lagi yang mau mengkaji ilmu-ilmu agama, tapi mereka lebih mengutamakan belajar ilmu dunia yang tak tentu dalilnya. Atau mungkin seperti ini yang dikatakan pendidikan Islam modern. Kurasa tidak. Entahlah.

“Besok surau tua ini kita singkirkan aja, bos. Biar kita dirikan gudang besar yang akan menyimpan semua hasil dagang kita. Gimana, bos?” ucap seorang pemuda berkaca mata hitam. Tak pernah kulihat mereka ke sini sebelumnya. Entah kenapa, ada amarah yang meluap-luap dari celah dahanku. Rasa tidak terima akan hal itu sangat membalut di seluruh sanubari.

Dalam pertempuran hati itu, aku sempat termenung memikirkan derita ini. Bisik-bisik hati membuatku hendak memberontak untuk membela surau tak berpenghuni. Entah siapa lagi yang sanggup mendengarkan keluh kesahku, aku sendiri. Ruang surau sudah mulai diselimuti debu. Kaca telah memudar oleh bintik-bintik hujan yang mengering. Berandanya telah penuh dengan helaian daun tuaku. Tak ada lagi yang mau peduli atas surau usang ini.
Esok telah tiba, tak ada juga sosok yang kunanti-nantikan. Nampaknya tubuhku akan segera dilumpuhkan dari bumi. Manusia angkuh itu datang lagi dengan menggenggam secarik parang yang siap menebas mangsanya, yaitu aku. Ia mendekatiku membuat aku berkeringat dan menggigil. Aku berusaha untuk menghindar dari cengkraman tangannya. Tiba-tiba angin membantuku, dahanku diterpanya hingga mengena kepala si manusia tadi. Aku tertawa kecil dalam ketakutan ini. Tampaknya pemuda itu kesakitan dan rambut ikalnya dinodai oleh darah. Ia segera meninggalkanku dalam kesendirian.

***

Nampaknya harapan itu masih tidak ada. Hingga kini dan kini memang tidak ada. Surau itu tidak lagi dikenang oleh siapa saja kecuali aku yang tiap hembusan nafas meneduhkan dirinya. Beranda surau penuh sesak akan carut-marut daun keringku yang tiap harinya hinggap di sana. Mereka berkeluh kesah melihat tidak ada lagi warna Islam yang hadir pada surau dan negeri itu.***

Sadry SS,
Komunitas Metafora
Sungai Pakning

Credit By: Madan Sie Atantis

Slideshow

Terima Kasih atas Kunjungan anda Lain Kali datng lagi ke sini dilihat