link href='http://imageshack.us/photo/my-images/98/sdsao.jpg/' rel='SHORTCUT ICON'/> ♥♥: Muharram (Suro) Bulan Baik atau Bulan Buruk?

Jumat, 04 Juni 2010

Muharram (Suro) Bulan Baik atau Bulan Buruk?

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1431…

Detik demi detik, menit demi menit tak terasa 1430 Hijriyah sudah kita lampaui. Sekarang memasuki tahun baru Hijriyah 1431.
Hanya tinggal meniti kembali apa-apa kekurangan yang kemarin, untuk kita tutup menjadi lebih baik di tahun yang selanjutnya.

Berbicara mengenai bulan Muharam sebagai bulan baru tahun Hijriyah, berbeda ceritanya dalam penanggalan Jawa. Bulan Muharam ini dalam kalender Jawa disebut juga dengan bulan Suro. Hanya tahunnya saja yang berbeda, kalau penanggalan Hijriyah sekarang memasuki tahun 1431, tapi kalau penanggalan Jawa sekarang memasuki tahun 1943. Lho, selisih tahunnya kok nyampe 500 tahun lebih? Lebih tua kalender Jawa ya? Berarti kalender Hijriyah meniru kalender Jawa kalo begitu?

Tentu tidak.. Kalender Hijriyah tidak meniru kalender Jawa, walaupun banyak nama-nama bulan yang hampir-hampir mirip, antara lain bulan Sapar dengan Shafar, bulan Dulkangidah dengan bulan Dzulka’idah, dll. Tetapi semenjak pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, kalender Jawa Ajisaka mengadaptasi kalender Arab, hanya tahunnya tidak mengikuti tahun Hijriyah. Kalau tidak salah begitu ya, tapi tentu ahli budaya dan sejarah Jawa jelas lebih mengetahuinya.

Hanya saja, bulan Muharam atau bulan Suro ini termasuk bulan sepi penghasilan. Terutama untuk yang usaha di bidang penyewaan ataupun jasa-jasa yang berkaitan dengan acara pernikahan, terutama lagi untuk yang di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena pada bulan Suro atau bulan Muharam ini secara perhitungan Jawa tidak ada yang berani menyelenggarakan prosesi pernikahan. Tidak tahu pertimbangannya apa, tapi benar-benar sepi dari acara pernikahan. Walaupun untuk saat ini tetep ada juga yang menyelenggarakan pernikahan pada bulan Suro/Muharam.

Terlepas dari ke-sakral-an bulan Suro/Muharam, tepatnya ke-sakral-an tanggal 1 Suro/ 1 Muharram (ada film horornya ya?!) sehingga bagi sebagian orang Jawa tidak berani menyelenggarakan acara-acara khususnya pernikahan…
Sebagai umat Islam, bukan berarti membedakan bulan baik dan bulan buruk, tapi tidak ada buruknya kalau menyelenggarakan acara-acara baik itu pernikahan atau peletakan batu pertama masjid pada bulan Suro/Muharam, lebih-lebih kalo bisa di-pas-kan tanggal 1 Suro/ 1 Muharam.

Karena apa?

Bagi umat Islam, terutama tanggal 1 Muharam, banyak sejarah penting yang terjadi pada tanggal tersebut. (Maaf, referensi ilmiahnya masih menggali).
Antara lain :
peristiwa selamatnya Nabi Nuh dan umatnya berlabuh dengan bahtera saat terjadi banjir besar melanda,
peristiwa si Fir’aun raja angkara murka tenggelam yang berarti selamatnya Nabi Musa dan umatnya dari kejaran manusia dzolim dan jahat,
peristiwa turunnya Nabi Adam dan Hawa ke dunia,
dll menggali-gali informasi dan syukur-syukur menambah referensi…

Jadi, sebagai umat Islam seharusnyalah lebih memahami tanggal 1 Muharam sebagai tanggal dimana banyak peristiwa sejarah bahkan peristiwa kemenangan yang terjadi pada umat Islam. Karena itu, bagi yang percaya, sambil mengharap barokah dari Allah Ta’ala, tidak ada buruknya toh kalau menyelenggarakan acara-acara baik pernikahan maupun acara yang lain mengambil tanggal 1 Muharram.
Yang jelas juga tanggal 1 Muharam pas tanggal merah alias liburan……

——————————–
Postingan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan penulis (saya) mengenai tema tulisan.
untuk itu; yang tidak tahu belajar ke yang lebih tahu; maka lebih melengkapi postingan ini, disarankan membaca :

Hari Asyuraa’ 10 Muharram

HARI ASYURAA’
Menurut tradisi masyarakat Islam, Nabi Muhammad s.a.w. melakukan puasa Asyura sejak di Makkah dan memandangkan puasa Asyura merupakan amalan biasa masyarakat setempat. Ketika Nabi Saw. berhijrah ke Madinah, maka Nabi Saw melihat orang-orang Yahudi turut berpuasa pada hari Asyura (atau bagi mereka adalah Yom Kippur yang juga pada hari kesepuluh), maka Nabi Saw. bertanya : Hari apakah yang kamu berpuasa ini? Jawab mereka : Ini hari besar. Pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun dengan tentaranya, maka nabi Musa a.s. telah berpuasa untuk bersyukur pada Allah, dan kami pula puasa pada hari ini. Nabi Saw. bersabda “ Maka kamilah yang lebih layak mengikuti Musa daripada kamu, lalu Nabi Saw. puasa dan menyuruh sahabat-sahabat puasa”. (HR. Bukhari, Muslim). Yakni : Rasulullah Saw. merasa lebih layak untuk mensyukuri dan memperingati hari-hari kemenangan Agama Allah dan perjuangan-perjuangan para nabi dan rasul-Nya. Ibn Hajar al-asqalani, dalam pernyataannya terhadap Sahih Bukhari mengatakan bahwa kewajiban syariat puasa telah dijadikan kepada bulan Ramadhan setahun kemudian. Kini, masyarakat Islam melakukan puasa pada 10 Muharram sebagai amalan sunat dan bukan kewajiban.

Slideshow

Terima Kasih atas Kunjungan anda Lain Kali datng lagi ke sini dilihat